DONGENG KANCIL, HARIMAU, dan LEBAH| Dongeng Anak Terbaru

shares

haimau dan kancil
kancil dan harimau
Dongeng Kancil, Harimau, dan Lebah - Setelah kejadian beberapa waktu yang lalu ketika si kancil menendang gigi harimau hingga patah, dendam harimau semakin tumbuh subur. Dari hari ke hari harimau menanti waktu untuk membalas si kancil.
"Pokoknya jika ketemu lagi, akan ku makan dan ku lumat si kancil hingga tak bersisa". Kata harimau.

Hingga pada suatu hari ketika harimau yang berjuluk king loreng si raja hutan itu tengah berkeliling, dia melihat si kancil sedang berlari-lari di pinggir hutan. Kontan saja harimau tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan menggeram keras dia berlari mengejar si kancil.
"Grrrr..!! Kancil.. Hari ini akan habis riwayat mu..!!". Teriak harimau.

Sadar akan bahaya yang mengancam dirinya, si kancilpun terus berlari menjauh. Tubuhnya yang gesit dan lincah melesat melewati semak dan akar belukar di hutan. Tentu saja hal tersebut membuat harimau kesulitan mengejarnya. Tak butuh waktu lama si kancil sudah hilang di balik rerimbunan hutan. Tapi harimau adalah hewan pemburu yang terkenal handal. Penciumanya sangat kuat hingga dapat mencium bau mangsa yang berjarak ratusan meter. Harimau tak menyerah. Dendam yang berkobar di dadanya membakar segenap kemarahanya.

Kancil sadar akan hal itu, king loreng tak akan menyerah begitu saja untuk mengejarnya.
"Aku harus mencari akal untuk dapat lepas dari harimau. Tapi apa yang harus ku lakukan?". Fikir si kancil mulai kebingungan. Tapi beberapa saat kemudian dia melihat sebuah sarang lebah yang cukup besar. Sarang itu di tutupi oleh daun dan semak sehingga tak terlihat seperti sarang lebah. Hanya mirip sebuah bulatan bundar yang terlihat tak berbahaya.
"Ah, aku ada ide.. Kali ini akan ku buat harimau itu kapok karena mau main-main dengan ku. Hehehe..". Kata kancil dengan senangnya.

Ahirnya setelah beberapa lama si harimau tiba juga di tempat kancil berada. Wajahnya garang, dan amarahnya meluap. Sedang kini dia melihat si kancil tengah duduk tenang sambil memejamkan mata. Sepertinya si kancil acuh akan kedatanganya.
"Hai kancil.. Ahirnya kau sadar kau tak bisa lari lagi dari ku. Dan kini akhirnya kau menyerah.. Hahaha..". Kata harimau tertawa angkuh. Tapi si kancil tak menjawab, dia tetap diam tak merespon.
"Hai kancil bodoh.. Apa kau tak mendengar aku bicara?". Kata harimau lagi. Tapi si kancil tetap diam.

Melihat tingkah laku kancil yang aneh, rasa penasaran mulai muncul di hati harimau. Dia mulai ingin tahu apa yang sebenarnya di lakukan si kancil, sehingga dia mengacuhkan kehadiranya. "Woi kancil.. Kau tuli ya? Kau sebenarnya sedang apa?". Tanya harimau tak kuasa menahan rasa penasaranya. Menyadari taktiknya mulai membuat harimau terpancing, ahirnya si kancil pun angkat bicara. "Wahai king loreng yang maha kuat, perkasa, dan tanpa tanding di seluruh hutan ini.. Ma'afkan hamba karena mengacuhkan yang mulia. Karena tugas hamba kali ini sangat penting. Bahkan lebih penting dari nyawa hamba". Kata kancil merendah.

Mendengar jawaban kancil yang aneh, membuat harimau semakin penasaran. "Memangnya apa yang sedang kau lakukan? Sehingga lebih penting di banding nyawa mu sendiri?". Tanya harimau.
"Begini yang mulia.. Tadi yang mulia baginda Sulaiman tiba-tiba datang menemui hamba. Dia bilang, dia sedang mencari seorang panglima yang akan di tugaskan memimpin seluruh binatang. Bukan hanya binatang di hutan ini, tetapi binatang di seluruh dunia". Jawab si kancil.

"Wah, benarkah itu? Mungkin baginda raja Sulaiman membutuhkan panglima seperti ku. Aku kuat, gagah, dan juga berwibawa. Bukankah begitu cil?". Tanya harimau dengan sombongnya.
"Tidak salah apa yang tuan ku katakan. Tapi untuk dapat menjadi panglimanya, beliau memberikan syarat". Kata si kancil.
"Syarat? Syarat apa itu cil?". Tanya harimau. Rasa penasaranya semakin tinggi.
"Begini tuan ku.. Baginda raja Sulaiman meninggalkan sebuah bola ajaib. Dan beliau memerintahkan hamba untuk menjaga bola ajaib itu. Dan siapa yang mampu memukul bola ajaib itu hingga pecah, maka dia layak untuk menjadi panglimanya". Jelas si kancil.

"Bola ajaib? Mana bolanya? Aku pasti bisa menghancurkanya dengan mudah. Tunjukan pada ku, biar aku pecahkan bola ajaib itu". Kata harimau bersemangat. Lalu si kancilpun menunjukan sarang lebah yang tadi di lihatnya. Karena bentuknya yang memang menyerupai bola, membuat harimau tak curiga sama sekali.
"Tapi sebelumnya hamba minta ma'af tuan ku. Suara letusan dari bola ajaib ini akan sangat keras. Hingga dapat membuat hewan lemah seperti hamba yang mendengar letusanya dapat menjadi tuli..". Kata kancil.
"Lalu.. Apa yang ingin kau sampaikan?". Tanya harimau.
"Ma'af tuan ku.. Jika paduka izinkan, hamba akan lari dulu sejauh mungkin sebelum paduka memukul bola ajaib ini. Agar hamba tak mendengar ledakanya. Dan tentu saja hamba sangat yakin.. Jika suara letusan bola ajaib ini tak akan berpengaruh pada baginda king loreng yang kuat, berbeda dengan hamba yang lemah ini". Kata kancil kembali merendah.

Mendengar dirinya di puji, membuat harimau menjadi besar kepala dan lupa diri. Dia sudah lupa akan tujuanya mengejar si kancil. "Hahaha.. Tentu saja. Hewan lemah seperti mu memang harusnya lari. Dan menyaksikan kehebatan ku cukup dari jauh saja..". Kata harimau.
"Terima kasih paduka. Kalau begitu, hamba mohon pamit". Kata si kancil kemudian berlari cepat meninggalkan tempat itu. Tubuh lincahnya menerobos hutan menuju arah sungai. "Hihihi.. Dasar harimau bodoh. Mau saja kau aku tipu. Salah sendiri mau memakan ku. Sekarang terima ganjaran mu dari bola ajaib..". Kata kancil dalam hati.

Setelah kepergian si kancil, harimau pun bersiap-siap memukul bola ajaib itu. Dia menyiapkan segenap kemampuan dan tenaganya, dan ahirnya dia melompat tinggi. Dia menghancurkan sarang lebah yang di kiranya bola ajaib hanya dengan sekali pukul. Sarang lebah itupun hancur dan jatuh ke tanah. Kontan saja semua lebah beterbangan keluar dari sarang dan menyerang harimau. Harimau yang terkejut karena sengatan ribuan lebah yang mengeroyoknya kontan lari tunggang langgang masuk ke dalam hutan. Sambil menahan sakit di sekujur tubuh dan dendam pada si kancil yang semakin dalam.

The End

Story By: Muhammad Rifai

Related Posts

0 komentar:

Posting Komentar